LAPORAN MARKET INTELLIGENCE
PERDAGANGAN DAGING SAPI DI INDONESIA
Agustus 2009
Current Issues
Polemik mengenai rencana impor daging sapi dari Brazil akhirnya mencapai titik akhir dengan disetujuinya impor daging sapi tanpa tulang dari Brasil tersebut, melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3.026 Tahun 2009 yang ditanda tangani Direktur Jenderal Peternakan Tjeppy D Soedjana. Rencana impor daging sapi dari Brasil tersebut sudah dinyatakan oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono seusai berkunjung ke Brasil pada tahun 2008.
Rencana ini ditentang oleh sejumlah kalangan, terutama pihak yang terkait kepentingan ternak sapi. Alasan penolakannya adalah di Brasil hanya ada satu negara bagian yang bebas penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak ruminansia tanpa vaksinasi. Adapun 16 negara bagian lainnya, bebas PMK karena vaksinasi, dan 9 negara bagian masih terjangkit virus PMK. Penyebaran virus PMK sangat berbahaya bagi kelangsungan usaha ternak sapi rakyat di Indonesia.
Menurut Dirjen Peternakan Tjeepy D Soejana, persetujuan impor daging sapi dari Brasil hanya untuk daging tanpa tulang, Itu pun daging yang sudah mengalami pemisahan material spesifik, yang berisiko menjadi media pembawa virus PMK. Selain itu, daging tanpa tulang itu sudah mengalami pelayuan 24 jam dengan tingkat keasaman sangat rendah.
Daging sapi impor dari Brasil tersebut menurut Dirjen Peternakan tersebut, hanya masuk dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Selama ini Indonesia mengimpor daging sapi per tahun setara 450.000-500.000 ekor sapi bakalan.
Demi memuluskan impor daging sapi dari Brazil, Pemerintah RI telah mengajukan perubahan notifikasi ke World Trade Organization (WTO). Perubahan ini berkaitan dengan Peraturan Menteri (Permen) Pertanian yang kini lebih lunak mengatur pembatasan impor daging.
Sebelumnya menurut Permen Mentan No. 61/ 2007, disebutkan bahwa negara pengekspor karkas, daging, dan jeroan ruminansia atau hewan memamah biak ke Indonesia harus bebas penyakit mulut dan kuku (PMK). Kini dirubah dari negara menjadi zona, sebab tidak semua zona di suatu negara terjangkit PMK
Kebutuhan daging di Indonesia
Menurut Direktur Budidaya Ternak Ruminansia dari Direktorat Jenderal Peternakaan Departemen Pertanian RI Ir Fauzi Luthan, saat ini Indonesia belum mencapai swasembada daging sapi karena 28 persen kebutuhan daging sapi masih diimpor terutama dari Australia. Untuk mencapai swasembada daging sapi minimal kebutuhan impor hanya sebesar 10 persen. Pemerintah sudah menargetkan tahun 2010 akan tercapai swasembada daging sapi, dan program ini sudah dicanangkan sejak dua tahun lalu.
Menurut Fauzi Luthan, kendala yang dihadapi dalam mencapai target swasembada daging sapi tersebut, adalah kecilnya peningkatan kelahiran sapi induk. Di Indonesia tingkat kelahiran ternak sapi induk relatif masih sangat kecil, sekitar 15,8 persen dari 3,1 juta ekor sapi induk yang ada, jika bisa ditingkatkan menjadi sekitar 60-70 persen maka target akan swasembada daging sapi akan segera tercapai.
Saat ini terdapat 18 provinsi yang difokuskan untuk pengembangan sapi potong, diantaranya Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sultra, Sulteng, Kalsel dan Kalbar.
Kebutuhan daging di Indonesia relatif terus meningkat setiap tahunnya, meskipun sempat berfluktuasi pada tahun 2005. Pada tahun 2003 konsumsi daging di Indonesia yang terdiri dari daging berbagai jenis unggas dan ruminansia mencapai 1,910 juta ton, kemudian meningkat pada tahun 2004 menjadi 2,020 juta ton.
Pada tahun 2005 konsumsi daging mengalami penurunan, salah satunya akibat mulai mewabahnya flu burung menimbulkan kekhawatiran masyarakat dalam mengkonsumsi daging ayam, selain itu kasus sapi gila yang terjadi di Amerika, serta wabah penyakit mulut dan kuku di India dan Canada membuat pemerintah Indonesia melarang impor daging sapi dari negara tersebut, yang turut memberikan pengaruh pada menurunnya konsumsi daging sapi di Indonesia akibat terbatasnya pasokan yang mengakibatkan meningkatnya harga daging sapi lokal.
Konsumsi daging kembali mengalami peningkatan pada tahun 2006 dan 2007, setelah pulihnya minat masyarakat, terutama dalam mengkonsumsi daging ayam, yang memang termasuk sumber protein yang murah dibanding sumber protein hewani lainnya.
Jawa konsumen terbesar daging di Indonesia
Konsumsi daging terbesar di Indonesia masih didominasi wilayah di pulau Jawa, dengan total konsumsi pada tahun 2006 mencapai 1.121.471 ton atau 59,78 % dari keseluruhan konsumsi daging di Indonesia. Wilayah tersebut yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan DKI Jakarta.
Jawa Timur menduduki urutan pertama dalam konsumsi daging pada tahun 2006 dengan jumlah konsumsi mencapai 357.905 ton, kemudian diikuti oleh Jawa Barat dengan 351.780 ton, Jawa Tengah dengan 201.189 ton dan DKI Jakarta 188.181 ton
Populasi ternak sapi
Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah wilayah dengan populasi ternak sapi terbesar di Indonesia, dengan jumlah populasi pada tahun 2007 mencapai 2.519.030 ekor di Jawa Timur dan 1.357.125 ekor di Jawa Tengah. Meskipun sedikit mengalami kenaikan populasinya, tetapi jumlahnya relatif stabil setiap tahunnya di kedua wilayah ini.
Secara umum populasi sapi di Indonesia juga relatif terus meningkat, sejalan dengan rencana swa sembada daging sapi oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2010.
Peningkatan yang cukup besar terjadi pada tahun 2007, yang meningkat sebesar 7,2 % dari 6.898.094 ekor, menjadi 7.392.802 ekor, dan meningkat kembali menjadi 7.696.896 ekor pada tahun 2008.